Pages

Labels

Senin, 12 Maret 2012

Saya Kristen dan Tidak Merayakan Natal


Waktu kecil kita merindukan Natal, hadiah yang indah dan menawan, namun tak kusadari…”
Ya seperti lagu itu, lagu yang dinyanyikan Maria Shandi.  23 Maret 1989 saya dilahirkan ditengah keluarga Kristen, keluarga yang percaya Tuhan. Beruntung sejak kecil saya sudah dididik dalam Tuhan, untuk mengasihi Tuhan Yesus. Tiap minggu pasti ikut sekolah minggu (paling rajin, dulu selalu dapat hadiah). Sungguh menyenangkan semenjak kecil sudah mengasihi Tuhan.
Seperti halnya orang Kristen pada umumnya, setiap mendekati natal bulan Desember, saya sangat senang sekali… (nggak tau senang kenapa, poko’e ikut senang hahah…). Begitulah suatu tradisi setiap bulan Desember.
Tahun 1999, keluarga saya didapatkan oleh Tuhan, untuk tinggal dalam Pemulihan Tuhan. Pemulihan Tuhan adalah dipulihkan KEPADA KEBENARAN DAN KEMURNIAN ALKITAB YANG TELAH BANYAK MENGALAMI PENYIMPANGAN. Termasuk saat ini, meskipun saya sebagai orang Kristen saya sama sekali tidak merayakan Natal. (banyak orang bilang, ini SESAT), namun Puji Tuhan! Alkitab berkata lain. Kebenaran Alkitab telah tersingkapkan bagi pemulihan Tuhan.

Isi note ini BUKAN saya INGIN mendoktrinasi, atau menyebarkan suatu paham. Tetapi saya mau berdiri menyaksikan bahwa di atas Pemulihan Tuhan, kebenaran telah dimurnikan. Puji Tuhan!
(MOHON MAAF KALAU REPOST)
“ALKITAB ADALAH SATU-SATUNYA STANDAR, KITA TIDAK TAKUT MEMBERITAKAN FIRMAN MURNI YANG TERCANTUM DALAM ALKITAB, SEKALIPUN ORANG MENENTANGNYA; TETAPI JIKA BUKAN FIRMAN MURNI, KITA TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MENYETUJUINYA MESKIPUN SEMUA ORANG MENYETUJUINYA “ (Watchman Nee)
Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”  (Lukas 2:6)
Tidak Diperintahkan oleh Tuhan
Kelahiran Yesus telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama dan diberitakan oleh malaikat Allah, yaitu Gabriel. Kelahiran yang penting dan ditunggu-tunggu, karena kelahiran ini menyatakan bahwa Allah berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.
Namun, ketika lahir, Yesus bukan dilahirkan di dalam sebuah istana dengan segala kemegahan, kemewahan, dan pesta-pora, melainkan “dibaringkan di dalam palungan”, tanpa hiasan apa pun, tanpa lilin, atau lampu yang gemerlapan. Betapa sederhana! Dia adalah Anak Allah, tetapi dilahirkan dalam keadaan yang demikian sederhana.
Bahkan Firman Tuhan (Alkitab) tidak mencatat tanggalnya. Yesus juga tidak pernah memerintahkan murid-murid-Nya untuk memperingati hari lahir-Nya. Itulah sebabnya mengapa para rasul seperti Petrus, Yohanes, Yakobus, Paulus, dan sebagainya, tidak pernah merayakan Natal. Sampai 90 M, ketika kitab terakhir dalam Alkitab, yaitu Kitab Wahyu, ditulis, belum ada satu orang pun yang merayakan Natal.
Jika Yesus sendiri tidak pernah memerintahkan untuk memperingati hari lahir-Nya, mengapa kita harus merayakannya, dan menganggap sesat orang yang tidak merayakannya? “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Alla? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Galatia 1:10).
Alkitab tidak memberi tahu kita untuk merayakan hari lahir Tuhan, tetapi memberi tahu kita untuk mengingat Dia dengan jalan makan perjamuan Tuhan. “Dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: ‘Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!’ Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’ Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Kor. 11:24-26).
Yesus ingin kita selalu ingat akan kematian-Nya, sebab, jika Dia tidak mati dan bangkit dari antara orang mati, kita takkan dilahirkan kembali untuk mendapatkan hayat yang kekal.
Kita bersukacita, karena Yesus telah lahir di dunia. Namun, kita lebih bersukacita, karena Yesus telah mati dan bangkit dari antara orang mati. Oleh kebangkitan-Nya, kita dilahirkan kembali.
Beberapa Kejanggalan
Selain itu, ada beberapa kejanggalan dengan tanggal 25 Desember dan perayaan Natal itu sendiri. Injil Lukas menggambarkan saat peristiwa besar itu terjadi. “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan” (Luk. 2:8-9).
Di Betlehem, gembala-gembala tidak mungkin menjaga ternak di padang pada bulan Desember karena sedang bersalju. Sejak zaman Alkitab sampai sekarang, gembala di Betlehem meninggalkan padang penggembalaan di musim dingin dengan berlindung di gua-gua yang disebut grotto. Jadi peristiwa malaikat menampakkan diri kepada para gembala di padang tidak mungkin terjadi pada tanggal 25 Desember.
Dan ketika orang-orang Majus datang, Yesus sudah tidak berada di kandang lagi tetapi di rumah, dan saat itu Yesus tentu sudah bukan bayi lagi tetapi telah menjadi seorang anak. Itulah sebabnya Matius 2:11 mengatakan, “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia.”
Ditambah lagi begitu banyak ornamen Natal yang jelas-jelas tidak pernah disebutkan di dalam Alkitab, seperti: lonceng, pohon cemara, sinter klaas, kereta salju, rusa, kaos kaki, hadiah-hadiah, dll.
Asal Usul Hari Natal
Lalu, dari manakah asal mula hari Natal ini? Mengapa seluruh dunia, bahkan orang-orang bukan Kristiani pun menerimanya? Lihatlah, di mana-mana kita dapat melihat pajangan dan hiasan Natal — di mal-mal, hotel-hotel, bahkan nightclub.
Mengikuti teladan ayahnya dan para kaisar di awal abad ke-3, Constantine, mempercayai bahwa dewa matahari bangsa Roma, adalah perwujudan dari “Allah Mahatinggi (Summus Dues)” yang tidak terlihat.
Mereka diajarkan bahwa dewa ini adalah rekan para kaisar. Constantine setia pada kepercayaan ini karena pada tahun 310, ia berkata bahwa ia melihat dewa matahari ini. Namun, pada tahun 312, ketika sedang bertempur melawan musuhnya, Maxentius, di Italia, Constantine bermimpi bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya dan memberi tahu dia untuk menuliskan 2 huruf pertama dari nama Kristus (X [chi] & P [rho] di dalam bahasa Yunani) pada perisai pasukannya. Dan pada hari berikutnya, ia berkata telah melihat sebuah salib dengan kata-kata “di dalam tanda ini kamu akan menang” (bahasa Latin — in hoc signo vinces). Maka Constantine yang tadinya adalah seorang penyembah matahari, sekarang mengakhiri penganiayaan pada umat Kristiani. Dan pada tahun 313, melalui the Edict of Milan, Kekaisaran Romawi menerima agama Kristen bahkan memberikan dukungan dana kepada gereja.
Saat itu, posisi umat Kristiani berubah dari penganiayaan yang intensif menjadi sangat nyaman. Kaisar menjanjikan pakaian putih dan 20 keping emas kepada mereka yang baru dibaptis dari kelas yang miskin. Dalam setahun, di Roma ada 12.000 laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak, yang dibaptis. Namun, pada saat yang bersamaan, Constantine menjabat sebagai kepala dan imam besar (pontifex maximus) dari agama yang menyembah dewa matahari. Ia baru dibaptis menjelang kematiannya.
Pada jaman Constantine inilah, perayaan Natal pada tanggal 25 Desember pertama kali dilakukan, tercatat di kalender Romawi kuno (The Philocalian Calender), yaitu pada tahun 336 Masehi. Constantine meninggal pada tahun 337 Masehi. Kemudian, pada tahun 354, Paus Liberius dari Roma meresmikannya. Di negara-negara Barat, Natal pertama kali diresmikan oleh Paus Sixtus III pada tahun 435.
Mengapa tanggal 25 Desember?
Saat itu, banyak orang Romawi yang menyembah Dewa Matahari. Karena tanggal 22 Desember adalah siang hari yang paling pendek dalam setahun, sesudah tanggal itu siang hari mulai panjang dan malam hari mulai pendek. Jadi saat itulah mereka merayakan kelahiran ulang matahari atau winter solstice (titik balik matahari), yang biasanya terjadi sekitar 25 Desember pada kalender “the ancient Julian”.
Orang Scandinavia pada periode waktu ini juga merayakan kelahiran ulang matahari yang mereka sebut dengan perayaan Yule.
Orang-orang Persia merayakan kelahiran dewa mereka, Mithra, matahari yang tak tertaklukkan pada periode waktu ini. Sebagian orang Romawi merayakan Saturnalia (14-24 Desember) untuk menghormati Saturn, dewa pertanian mereka, sebagai waktu pesta pora yang sangat bebas.
Ada juga orang-orang Romawi yang merayakan Brumalia (25 Desember) sebagai saat ketika dewa kesuburan mereka, matahari, mulai bangkit kembali mengalahkan dunia dengan kekuatan dan tenaga yang diperbarui. Sebagian lagi dari orang Romawi merayakan Hari Raya Permulaan Januari selama tiga hari yang dimulai 1 Januari. Pada saat itu, rumah mereka dihiasi dengan tumbuhan hijau dan lampu, mereka juga memberikan hadiah kepada anak-anak dan orang miskin untuk mendatangkan rejeki di tahun baru. Kaisar Aurelian dari Roma bahkan menetapkan 25 Desember sebagai pesta Sol Invictus yaitu kelahiran matahari yang tak terkalahkan (natalis solis invicti). Orang-orang Yunani merayakan Bacchanalia pada periode waktu ini untuk menghormati Bacchus (Dionysus), dewa anggur mereka, dengan mabuk-mabukan dan tindakan amoral. Orang Mesir merayakan hari lahirnya Osiris, anak Isis, dewi mereka yang disebut “ratu sorga” pada periode waktu ini. Orang-orang Sabea di daerah Arab merayakan dewa mereka, Meni, dewa bulan, pada tanggal 24 Desember. Orang-orang Babilonia merayakan kelahiran Baal (Belus), anak dewi mereka yang disebut “ratu sorga” pada periode waktu ini.
Jadi, Gereja Roma pada waktu itu memilih 25 Desember sebagai satu hari untuk Perayaan Kelahiran (the Feast of Nativity) guna memberikan kemudahan-kemudahan bagi orang-orang yang telah dibaptis tetapi tetap ingin memiliki perayaan-perayaan dalam ritual penyembahan berhala. Sebagai contoh, gereja menggantikan festival menghormati kelahiran Mithra, dewa terang, dengan festival menghormati kelahiran Yesus, yang adalah terang dunia.
Seorang penulis Roma Katolik, Mario Righetti, mengakui, “Pemilihan tanggal 25 Desember adalah untuk mempermudah penerimaan kepercayaan dari rakyat yang menyembah berhala. Gereja Roma menemukan caranya yaitu menetapkan 25 Desember sebagai perayaan kelahiran Kristus untuk mengalihkan mereka dari perayaan penyembah berhala, di hari yang sama, yaitu perayaan untuk menghormati ‘Matahari yang tak terkalahkan’ agama Mitras, penakluk kegelapan.”
Itulah sebabnya Ensiklopedi Britannica mengatakan bahwa Natal adalah sebuah “perubahan bentuk dari perayaan titik balik matahari di musim dingin yang dilakukan oleh orang-orang yang menyembah berhala.”
Asal Usul Hiasan Natal & Kebiasaan-Kebiasaan di Hari Natal
Orang-orang Romawi mendekorasi pohon cemara dengan mainan untuk menghormati ulang tahun Saturn dan lilin-lilin dipasang di pohon untuk menyatakan kembalinya matahari ke bumi.
Orang-orang Celt (Eropa kuno) dan Jerman menyembah pohon ek (oak tree) kramat milik Odin (Wodin) dewa mereka dan di abad ke delapan, uskup Boniface meresmikan pemakaian pohon cemara untuk bayi Yesus sebagai ganti pohon ek (oak tree). Martin Luther mempopulerkan pohon Natal pada abad ke 16.
Awalnya, para penyembah berhala menggunakan lonceng untuk mengusir kekuatan jahat yang semakin kuat saat matahari sirna dan bumi menjadi dingin. Caranya adalah dengan membuat bunyi-bunyian. Tapi lama kelamaan orang mulai menikmatinya dan memanfaatkan bunyi-bunyian lonceng itu untuk berbagai acara, bukan melulu untuk mengusir setan. Saat ini gereja juga membunyikan lonceng Natal untuk menyambut hari Natal sehingga suasana Natal menjadi lebih meriah
Pemberian hadiah-hadiah Natal adalah meniru perayaan Saturnalia dan Hari Raya Permulaan Januari milik orang Romawi. Mereka menganggap hal ini mirip dengan pemberian hadiah-hadiah oleh orang Majus kepada Yesus.
Asal Usul Sinter Klaas
Tokoh ini berasal dari kisah kuno tentang seorang santo yang bernama Santo Nikolas Para imigran dari Eropa membawa bapa natal ini ke Amerika. Dulunya Santo Nikolas ini tinggal di Turki, menurut legendanya, dia suka menolong orang miskin dan orang yang memerlukan pertolongan. Beberapa tahun setelah kematiannya, orang menganggap dia sebagai orang suci (santo) pelindung anak-anak. Tanggal 6 Desember adalah hari kematian Santo ini dan dianggap sebagai hari penting di Eropa. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus (di Indonesia Sinterklas).
Sikap Kita sebagai orang muda dalam pemulihan Tuhan Kita perlu mengakui dan sangat mensyukuri kelahiran Yesus. Kita bahwa Dia adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Namun, bagi kita perayaan Natal adalah warisan dari para penyembah berhala. Mengapa kita harus menghina Kristus dengan merayakan Natal yang jelas asal usulnya dari para penyembah berhala? “Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Kor. 6:14).
Jika Natal milik Kristus dan diperintahkan-Nya untuk dirayakan, pasti Dia memberikan tanggal lahir-Nya.
Jika Natal milik Kristus dan diperintahkan-Nya untuk dirayakan, tentu murid-murid-Nya telah merayakannya ketika Yesus masih hidup di dunia.
Jika Natal milik Kristus dan diperintahkan-Nya untuk dirayakan, tak mungkin para rasul melupakannya.
Jika Natal milik Kristus, bukan dari dunia, pasti dunia menolak dan membenci perayaan Natal.
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yohanes 15:19).
Ulangan 12:30-32 mengatakan, “Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, … dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begituJangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya,… Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.”
Ulangan 7:6 mengatakan, “Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis. Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipiliholeh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar


imagination is the spark that ignites the fire of creativity

Blogger templates